Opini  

Mengenal Lebih Dekat Politik dari Perspektif Agama

Insandata.com – Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Dr Supriyadi MPdI dalam tausyiyahnya di channel youtube Direktorat AIK Umsida menyebutkan, bahwa konsep politik dalam perspektif agama istilah katanya adalah siyasah yang berarti pengaturan masalah-masalah keumatan.

Menurutnya, bila mengkaji dalam fiqih siyasah, maka politik tidak diorientasikan untuk memperoleh dan mendapatkan kekuasaan, tetapi politik hanya sebagai wasilah sarana manusia untuk menyempurnakan pengabdiannya kepada Allah SWT.

Namun masyarakat kita masih banyak yang berpendapat, bahwa politik itu kotor dan harus dijauhi. Anggapan seperti itu membuat masyarakat kita sangat apatis, apriori (benci), dan alergi dengan politik dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya.

Hal itu mungkin terjadi karena hasil pantauan masyarakat di lapangan maupun melalui pemberitaan media terhadap perspektif politik selama ini selalu menunjukkan gejala yang kurang baik.

Selama ini orang-orang yang terlibat di dalam pusaran politik dapat bergeser orientasi politiknya menjadi politik imperialis, berkhianat, koruptor dan semena-mena. Apalagi, setelah panggung politik dunia dirasuki politik Machiavelli. Seperti diketahui teori Machiavelli menegaskan, untuk mempertahankan kekuasaan, seorang penguasa diperbolehkan berbohong, menipu,  menindas dan menghalalkan segala cara. Akhirnya semakin menjadi-jadilah kebencian masyarakat terhadap politik.

Tak ada orang yang bisa menghindari politik karena setiap orang pasti hidup di suatu negara. Sementara negara adalah organisasi politik tertinggi. Politik merupakan bagian dari kehidupan manusia dan tidak ada seorang pun yang bisa lepas dari politik. Begitu kita lahir, kita sudah bergabung dengan organisasi tertinggi yakni negara. Tidak ada seorangpun yang hidup tanpa terikat oleh politik.

Orang yang ingin mempengaruhi kebijakan negara haruslah merebut kekuasaan politik. Orang yang menyatakan tidak mau terlibat dalam politik dan membiarkan kekuasaan politik diambil orang, maka dia terikat pada kebijakan-kebijakan pemenang kontes politik, betapa pun tak sukanya dia pada kebijakan itu. Karena itu, dapat dikatakan bahwa politik itu adalah fitrah atau sesuatu yang tak bisa dihindari.

Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali pernah mengatakan, bahwa dunia merupakan ladang akhirat. Agama tidak akan menjadi sempurna kecuali dengan dunia. memperjuangkan nilai kebaikan agama itu takkan efektif kalau tak punya kekuasaan politik. Memperjuangkan agama adalah saudara kembar dari memperjuangkan kekuasaan politik (al-din wa al-sulthan tawamaan).

Eksplisitnya Imam Al- Ghazali mengatakan: “Memperjuangkan kebaikan ajaran agama dan mempunyai kekuasaan politik (penguasa) adalah saudara kembar. Agama adalah dasar perjuangan, sedang penguasa kekuasaan politik adalah pengawal perjuangan. Perjuangan yang tak didasari (prinsip) agama akan runtuh, dan perjuangan agama yang tak dikawal akan sia-sia”.

Dari pandangan Al-Ghazali tersebut bisa disimpulkan bahwa berpolitik itu wajib karena berpolitik merupakan prasyarat dari beragama dengan baik dan nyaman. Begitulah islam memandang politik

Sementara, Muhammad Abduh tokoh pemikir dan pembaharu Islam pernah mengungkapkan doa taawwudz dalam kegiatan politik ,”Aku berlindung kepada Allah dari masalah politik, dari orang yang menekuni politik dan terlibat urusan politik serta dari orang yang mengatur politik dan dari orang yang diatur politik”.

Tetapi dengan mengacu pada filosofi Imam Al-Ghazali menjadi jelas bahwa berpolitik itu bagian dari kewajiban syari’at karena tugas-tugas syari’at hanya bisa direalisasikan di dalam dan melalui kekuasaan politik atau penguasa.

Menilik Kabupaten Bojonegoro yang usai ini akan menggelar kontestasi Pilkada 2024. Tentunya masyarakat Bojonegoro berharap kelak memiliki pemimpin yang visioner yang visinya membumi sehingga mudah terimplementasi dan membawa dampak kemajuan.

Pemimpin juga dituntut cakap dan memiliki communication skill sehingga dapat menyampaikan pesan secara efektif dan mudah dipahami dengan baik oleh masyarakat umum. Begitupula keteladanan menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki sosok pemimpin. Selain tentunya mampu membangkitkan harapan masyarakat Bojonegoro.

Pemerintahan ke depan dihadapkan pada tantangan besar berupa persoalan kemiskinan ekstrim di Bojonegoro.
Hal ini diperparah dengan terus melonjaknya harga kebutuhan pokok dan energi.

Berdasarkan Bank Dunia, penduduk miskin ekstrem adalah penduduk yang memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tidak lebih dari USD 1,9 PPP (Purchasing Power Parity), atau setara dengan Rp10.739/orang/hari atau Rp322.170/orang/bulan.

APBD Besar tidak menjamin populasi kemiskinan ekstrem bisa tertangani dengan baik. Indikator tersebut terlihat dari minimnya prosentase atas fluktuasi sebagaimana data BPS Bojonegoro rentang waktu 2019 hingga 2022.

Menukil data BPS Bojonegoro menyebutkan, pada tahun 2019 jumlah penduduk miskin Bojonegoro mencapai 12,38 %, tahun 2020 meningkat 12,87%, tahun 2021 meningkat lagi 13,27 %. Jumlah penduduk miskin di Bojonegoro hanya menurun 12, 21% pada tahun 2022 dan 12, 18 % pada tahun 2023.

Dibutuhkan mitigasi dengan memberi perhatian serius. Persoalan kemiskinan ekstrim memang masalah yang kompleks dan rumit. Meski begitu pemerintah tetap harus memegang kendali dan berdiri di barisan terdepan dalam upaya memerangi kemiskinan ekstrim.

Masih banyak persoalan lain yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan Kabupaten Bojonegoro, diantaranya problematika pengelolaan keuangan desa. Indikator tersebut terlihat dari permasalahan hukum yang saat ini banyak mendera desa akibat lemahnya pemahaman dan kesadaran dalam pengelolaan keuangan negara. Begitupula lemahnya sektor pengawasan yang berakibat terbukanya celah-celah potensi kerugian negara. Pada prinsipnya, pemerintahan bersifat kolektif kolegial.

Belum lagi persoalan klasik aspek pertanian seperti pupuk maupun pengairan yang hingga kini masih menjadi keluhan utama petani yang tak pernah kunjung terselesaikan.

Tentunya masih banyak persolan-persoalan krusial lain yang harus menjadi pekerjaan rumah bagi pemimpin Bojonegoro ke depan.

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ « لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendo’akan kalian dan kalian pun mendo’akan mereka. Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” Kemudian ada yang berkata, ”Wahai Rasulullah, tidakkah kita menentang mereka dengan pedang?”   Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang kalian benci, maka bencilah amalannya dan janganlah melepas ketaatan kepadanya.” (HR. Muslim no. 1855).

Oleh : Redaksi Insandata.com.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *