Insandata.com Sebagian tanaman tembakau di Kabupaten Bojonegoro kini memasuki umur rata-rata 35 hari Tetapi ada juga yang belum berumur satu bulan, karena ditanam sulaman dari tanaman sebelumnya yang mati karena hujan di awal bulan Juli lalu.
Petani tembakau di Bojonegoro mengharap asa, harga bisa seperti tahun 2023. Meskipun penanam tembakau semakin berkurang karena harga setiap musim yang tidak pasti, tetapi para petani tembakau yang fanatik tetap menanam tembakau meski harga dan cuaca yang tidak pasti.
Berbeda dengan tahun 2023, cuaca sebagian besar wilayah Indonesia mengalami fenomena El Nino, dimana cuaca kering, panas, dan kemarau lebih panjang menyebabkan tanaman tembakau lebih berkwalitas dan relative mudah ditanam karena tidak terdampak hujan.
Pada tahun ini Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) dalam riliisnya terbaru, La Nina mengalami pergesearan dari bulan Juli-Agustus 2024, kini bergeser pada bulan Agustus -September-Oktober 2024. la Nina menyebabkan musim kemarau lebih pendek dan lebih basah.
Menurut kajian BMKG, La Nina berpotensi baru akan terjadi pada Agustus-September-Oktober 2024 atau ASO 2024. Pada Dasarian I Juli 2024, Indeks ENSO sebesar 0,19 atau berada pada fase Netral. La Nina adalah fenomena saat Suhu Muka Laut di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normal. Pendinginan ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia.
Jika perhitungan BMKG ini benar maka petani tembakau harus realistis dengan harga dan kwalitas tembakau tidak seperti tahun lalu. Cuaca hujan sangat berpengaruh, tanaman tembakau bisa bertahan hidup, apalagi berharap kwalitas baik. Dengan umur tanaman 40 hari sampai dengan 60 hari tanaman tembakau sangat rentan terhadap cuaca hujan.
Perhitungan BMKG bisa jadi tepat dan mungkin bisa mengalami pergeseran waktu seperti sebelumnya. (tim)
